Slideshow

Wednesday 6 July 2011

Mengenal Suku “To Balo”, Manusia Belang dari pedalaman Barru

Tak ada manusia yang bisa memilih terlahir dari keluarga atau keturunan tertentu. Seperti juga suku “To Balo” yang tinggal di tempat terpencil di desa Bulo-bulo, Kecamatan Pujananting, puluhan kilometer jaraknya dari kota Kabupaten Barru. Desa Bulo-bulo berada di lereng gunung Pao (bulu Pao) yang membentang antara wilayah Kabupaten Barru dan Kabupaten Pangkep. Sulawesi Selatan. Sejak menjejakkan kaki ke bumi, setiap orang dari keturunan kelompok ini punya rupa kulit tak lazim: sekujur tubuh terutama kaki, badan, dan tangan, penuh bercak putih. Sementara tepat di tengah dahi mereka, bercak tersebut juga terpampang nyaris membentuk segitiga menyerupai Avatar. Karena itu mereka disebut kaum To Balo. Yang dalam bahasa Bugis, To berarti manusia sedangkan Balo sama dengan belang. Di tempat itulah mereka hidup, tinggal, serta beranak pinak membentuk komunitas yang memiliki budaya sendiri dan bahasa sendiri, bahasa yang mereka gunakan disebut bahasa bentong.
Pada umumnya kehidupan sosial keluarga daripada Suku To Balo ini terkotak, kehidupan mereka sangat tergantung pada alam mereka bercengkrama, memasak, bercocok tanam ubi, jagung, dan kacang, serta mengolah gula merah. Tapi sesekali mereka juga “ turun gunung” untuk menjual hasil bercocok tanam serta gula merah mereka ke Pasar Kamboti, Desa Bulo-Bulo. Dari pekerjaan ini, mereka menerima Uang yang tak seberapa, namun bagi mereka itu dirasa cukup untuk kelangsungan kehidupan keluarga mereka.
Konon menurut sejarahnya mereka mengalami hal ini akibat mendapat kutukan dari dewa, Alkisah suatu hari, ada satu keluarga yang menyaksikan sepasang kuda belang jantan dan betina yang hendak kawin. Bukan hanya menonton, keluarga itu juga menegur dan mengusik kelakuan kedua kuda itu. Maka marahlah dewa lantas mengutuk keluarga ini berkulit seperti kuda belang atau balo. Ada pula kisah versi lain. Para kaum Tobelo percaya, manusia dan kuda turun bersama dari langit saat pertama bumi diciptakan. Artinya, hewan berkaki empat itu bersaudara dengan manusia. Nah, orang-orang yang percaya dengan cerita ini otomatis akan berkulit belang.
Secara medis, belang pada kulit tubuh To Balo bukanlah kelainan melainkan pembawaan gen. Kalau mereka kawin sesama maka keturunannya juga akan belang, tapi kalau mereka kawin bukan sesama maka keturunannya ada kemungkinan tidak belang. Dan fakta sudah membuktikan, banyak To Balo yang menikah dengan orang luar, kulit tubuh keturunanya tidak belang.

Bagaimanapun juga, suku “To Balo” ini merupakan salah satu dari sekian banyak suku yang mendiami wilayah Negara tercinta kita ini. Namun, yang menjadi pertanyaan sekarang:

Sampai kapan komunitas Suku “To Balo” ini akan tetap bertahan…??? WallahuAlam…!!!




Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More